HADIAH VALENTINE
“Aku pulang”
“Ehm, Alya dari mana aja?”
“Hm tadi habis ngantarin naskah Novel
kak” Alya menghampiri kakaknya yang berada di ruang makan rumah mereka “Kakak
kok berdiri disini, kakak mau kemana?”
“Owh, jadi kamu jadi ikutan lomba itu? nggak
kakak cuma mau ngelukis” Jasmin tersenyum. Awalnya Alya hanya terdiam tapi
kemudian ia menangis “Kak… mau sampai kapan kak? Kakak belum bisa ngelukis
sekarang, tunggu sebentar lagi saja”
“Sampai kapan Al? kakak hanya mau
ngelukis itu saja, sampai kapan?”
“Sampai hasil lomba itu keluar, kalau
aku menang kita akan ngoperasi mata kakak, sabar ya kak sebulan lagi saja” Alya
perlahan menghapus air matanya. “Kak udah ya kak,.Alya capek kak, capek” Alya
terus tak bisa menahan tangisnya
“Apa Al capek?” Jasmin terdiam, ia
membelakangi Alya dengan perlahan ia menuju kursi yang berada dekat dengannya
“Iya kakak lupa, kamu capek, kamu sudah capek ngurusin kakak yang buta ini” Alya
terkejut mendengar perkataan kakaknya dan lansung menghampiri Jasmin dan
melingkarkan tanganya ke leher Jasmin, menumpangkan kepalanya di bahu jasmin
“Kak Alya tahu kakak tahu yang Alya maksud bukan itu, Alya tidak pernah capek
kak kalau untuk ngurusin kakak” satu
persatu butiran air mata Alya membasahi
badan Jasmin.
“Jangan bohong Al, kakak sadar kok, bagaimana
mungkin kamu tidak capek ngurusin orang buta seperti kakak”
“Kakak…… hmhehhhhhhuhuhu” Alya semakin
tidak bisa menahan tangisnya “Kak… Alya mohon udah… jangan buat Alya mati
berdiri disini hanya karena mengingat setiap kesalahan yang telah Alya buat
kak”
“Nggak Al, kamu nggak salah, kakak yang
salah, yang terlalu banyak berharap sama kamu” air mata Jasmin perlahan-lahan
jatuh juga. Tangis Alya semakin menjadi-jadi ia menyentak-nyentakkan kaki nya
ke lantai “Kakak jahat, kakak jahat Alya bilang udah Alya mohon jangan terusin
lagi”
“Iya Al kakak memang jahat” Jasmin
mengambil tangan Alya dan memukul-mukulkannya ke kepala Jasmin sendiri “Pukul
saja kakak sepuas mu hingga beban hidup mu berkurang” Alya menolak gerakan
tangan kakaknya yang mengomandoi untuk memukul lagi, Alya bersikeras melepaskan
tangannya tapi malah mengenai kepala Jasmin lebih keras lagi. “Aughhh”
terdengar rintihan Jasmin menahan sakit, cepat-cepat Alya berputar kehadapan
kakaknya memegang kepala kakaknya “kak maafin Alya” Jasmin hanya diam “kak
jawab Alya, maafin Al..” tiba-tiba Jasmin mendorong Alya. Bruukkk Alya
membentur meja.
Jasmin beranjak dari
tempat duduknya ia mulai melangkah menjauihi Alya “Kak Alya tahu ini semua
memang salah Alya” Jasmin menghentikan langkahnya “sudahlah jangan bahas ini
lagi sekarang lebih baik kakak pergi dari sini agar kamu tidak merasa terbebani
lagi” Jasmin melanjutkan langkah kakinya lebih jauh meninggalkan Alya. Alya
bergegas mengejar kakaknya meraih tangan Jasmin, tapi dengan cepat Jasmin
menyentakkan tangannya membuat Alya terjatuh dan terduduk di lantai, Jasmin
membentak Alya “kamu bisa nggak sih jangan urusin kakak lagi, kakak juga
sudah…” Alya lansung saja memotong perkataan kakaknya “Kak Al...” Suara Alya tertahan
“hhhhhhhhhhheh hhhehh” sejenak hanya desahan berat itu saja yang tersisa “Apa.
Al? apa? kamu mau ngomong apa, kamu mau nahan kakak, percuma Al” Jasmin tidak
mendengar jawaban apapun dari Alya “Alya… Al” Jasmin baru sadar kalau sesuatu
terjadi pada Alya “Al jangan bercanda Al,Alya…” Jasmin berbalik, mencoba
mencari posisi Alya, Ia tersandung kaki Alya ia menelusuri tubuh itu mencari badan
Alya dan ia mendengar desahan berat nafas itu “Al.. mana obat Asmamu?” dengan
panik Jasmin bertanya dan meraba-raba disekelilingnya, ia menemukan tas Alya
dan mencari Obat hirup milik Alya dan ia menemukannya, cepat-cepat ia meraba
tangan Alya dan memberikan obat hirup itu. Perlahan Alya bernafas menggunakan
bantuan alat itu 20 detik kemudian semuanya diam “Kak..” Alya perlahan duduk,
kemudian ia memegangi kedua bahu kakaknya “Alya… kamu nggak apa-apa kan Al”
sekarang tangis Jasmin yang meledak
“maafin kakak Al, maafin kakak, kakak takut Al, kakak takut” Jasmin
kalut.“Takut apa kak? Bukannya kakak akan lebih senang jika Alya mati, dengan
begitu kita baru impas kan kak” Rengek Alya “Al.. kamu bicara apa kam….” Belum
sempat Jasmin melanjutkan kata-katanya, Jasmin tersentak merasakan pelukan Alya,
Jasmin pun membalas pelukan Alya. “Kak, Alya sayang kakak, Alya nggak mau kakak
pergi, Alya nggak mau sendiri kak, Alya tidak…”
“Iya kakak tahu Al, maafin kakak ya,
kakak janji kakak nggak akan seperti ini lagi, tapi kamu juga jangan tinggalin
kakak sendiri” Jasmin melepaskan pelukkannya “Sudah berapa lama kamu nggak
checkup”.
“Sejak
tiga bulan yang lalu, tapi udahlah kak yang terpenting, kita obati mata kakak
dulu”
“tapi Al, kakak nggak mau hanya karena ka…”
Sekarang giliran Alya yang memegang
tangan kakaknya “Kak, percuma kan kak, percuma karena ni penyakit nggak kan
pernah sembuh, dan kalaupun takdir berkata lain tetap aja percuma kak, percuma
kalau kakak nggak pernah bisa lihat senyum Alya”
********
“Al.. kamu gila apa, jangan lakukan”
Radika melirik Alya, yang duduk disebelahnya, yang sedari tadi menatap laut
tanpa arti. “Kamu nggak tahu Dik Dia jadi seperti ini karena aku… semuanya
karena aku.. Aghhhhhhhhhhhhhhhhh” Alya berteriak sepuas hatinya, kemudian
menatap Radika “kamu gak tahu apa-apa” Rambutnya yang panjang tergerai-gerai
oleh angin.
“Beri tahu aku Al.. Anggap aku… beri aku
penjelasan kenapa kamu bersikeras melakukan hal itu” Radika menatap laut lepas,
Alya menolehkan wajahnya pada Radika “Aku takut Mengingat semua kesalahan itu
Dik“Semuanya diam, kemudain Alya berdiri berjalan menuju laut membiarkan
kakinya dibasahi Air Laut. “ 2 tahun lalu Aku memiliki 2 kakak perempuan dan 1
kakak laki-laki” Alya melanjutkan pembicaraannya tanpa memperdulikan angin yang
sedari tadi mempermainkan rok dan rambutnya. “diantara mereka Jasminlah yang
paling menyayangiku”
Radika melirik Alya tanpa kata-kata ,Alya
menatap Radika sebentar “Ketika aku tiba-tiba demam di tengah malam, orang yang
pertama bangun dan bersedih adalah
Jasmin, bukan Mama atau siapa-siapa Dia adalah Jasmin, Orang yang pertama
mengompres ku adalah Jasmin. Yang menjaga ku hingga tidak tidur adalah Jasmin.
Bagiku Jasmin adalah segalanya, dan bagi Jasmin Aku adalah harapannya”
“Tapi bukan karena…..” Belum selesai
Radika melayangkan pertanyaannya, Alya kembali bercerita
“Kau tahu Dik… Jasminlah yang memberiku
alasan pertama untuk hidup, yang memeberi ku semngat untuk selalu tersenyum dan
membuktikan diri”
“Maksudmu?”Sela Radika
“Suatu hari Ketika Mama sedang merapikan
rambutku Mama bilang padaku ‘Al maafkan mama ya, kalau sekarang Alya sering sakit-sakitan
mungkin itu karena Mama, Maaf karena Mama dan Papa tak pernah mengharapkan
kehadiran Alya’ Waktu itu aku kaget tapi aku hanya diam dan mendengarkan mama
berkata ‘Dulu waktu kamu masih dalam kandungan Mama mencoba keras untuk
Menggugurkan mu’ Kau tahu Dik perasaan ku saat itu, Dada ku sesak, nafas ku
berat aku hanya menangis dalam hati awalnya, dan menjawab pertanyaan Mama
dengan senyuman ‘tentu saja Alya maafkan mama’ tapi itu palsu Dik, sama sekali
aku tak bisa ngontrol diri” Perlahan-lahan Air mata lagi-lagi membasahi pipi
Alya “. Aku keluar dari rumah menuju Laut sama seperti saat ini, disini aku berteriak meratapi diri, disini aku merasa
jelas kenapa senyum mama padaku tak pernah seindah senyum mama pada
kakak-kakakku, kenapa setiap kali ada masalah harus aku yang disalahkan, aku
menangis sejadi-jadinya bahkan aku merasa tak ada lagi gunanya aku hidup, aku
berteriak sekeras mungkin, memukul-mukul kepalaku.” Alya berhenti sejenak
melirik Radika “Kemudian Jasmin datang Dengan senyuman ia berkata ‘Al… Sudahlah
kamu tidak patut tersakiti lagi’ ia memelukku
aku melepaskan pelukan Jasmin, menatap Jasmin ‘Mungkin kakak enak bilang
begitu karena kakak nggak ngerasain apa yang aku rasain, pernah kah kakak memperhatikan
senyum Mama selama ini awalnya aku fikir hanya perasaan ku saja, tapi hari ini
kau tahu itu lah yang terjadi, jadi untuk apa lagi aku ada didunia ini, jika
Mama ku saja tidak pernah mengharapkan ku lebih baik aku mati kan kak biar
nggak jadi beban Mama lagi’ kau tahu Dika, Waktu itu Jasmin membentakku ‘Ia
mati saja sana, biar setelah itu kakak menyusulmu’ Jasmin Menangis dan
memelukku ‘Al di dunia ini, ada kenyataan yang harus kita terima dengan lapang
dada meskipun sakit itu telah menutupi semua ruang yang ada, dan Kamu harus
tahu Al, apapun yang terjadi kakak akan selalu ada untukmu, mungkin kamu nggak
mau hidup untuk Mama, tapi kamu bisa kan hidup buat kakak?’ aku terdiam karena
kata-kata Jasmin, Jasmin melepaskan pelukannya dariku dan menatap mataku dengan
senyumannya, perlahan ia meletakkan tangannya di kedua bahuku seraya berkata
‘Al jadilah adik yang bisa kakak banggakan, yang bisa menjawab semua harapan
kakak, jika kamu pergi siapa lagi yang bisa membuat kakak tersenyum? Adit?
Rani? Nggak Al nggak kan pernah ada yang bisa kecuaali kamu, kamu mau kakak
hidup seperti mayat hidup?. buatlah Mama menyesal karena tidak mengharapkanmu,
buktikan pada Mama bahwa pilihan mu untuk hidup adalah hal yang paling benar,
jadilah anak Mama yang nantinya paling disayangi Mama, Buktikan Al demi Kakak,
bukan demi Mama tapi demi kakak’ Jasmin mengangkat tangannya menghapus air mata
di pipiku, dan mengajakkku pulang”
Radika terdiam tapi jelas bulir-bulir
bening memenuhi matanya, sambil sesekali menengadahkan kepalanya untuk menahan
bulir-bulir itu “Al, maafkan aku karena tidak pernah mau mengerti dengan
perasaanmu terhadap Jasmin”
Alya hanya tersenyum sekali pada Radika,
kemudian membuang jauh mukanya menatap Laut, memperhtikan buih-buih putih yang
lenyap di kakinya.
“Seperti kata Jasmin, aku berusaha membuktikan
diri sehingga tak ada lagi perbedaan senyum di wajah Mama, aku membuat semua
ornag mengakui keberadaanku, Tapi sayang 2 tahun yang lalu, Aku mengusulakn
pergi rekreasai ke suatu tempat, tapi di perjalanan pulang mobil kami
kecelakaan dan semunya hilang, satu-satunya keluargaku yang tersisa hanyalah
Jasminku.” Alya terdiam “Itu semua terjadi karenaku itu salahku, sejak saat itu
Jasmin menjagaku sendirian, untuk
menambah penghasilan selain menjadi suster di sebuah RS ia mulai melukis dengan
itu ia membiayai hidup kami dan Kuliahku.
*********
“Nah akhirnya kita nyampai juga di rumah
kita tercinta” Alya yang berdiri disamping kakaknya memegangi kedua bahu
kakaknya.
“Nah ini ruang tamu kita” Alya memperkenalkan
pada kakaknya. “iih kamu nih, kayak kakak baru masuk rumah ini saja, ini kan
rumah kakak juga” seberkah senyumpun menghiasi wajah Jasmin.
“iya, kakak memang udah sering masuk
rumah ini tapi untuk ngelihat kondisi rumah ini terakir kali kan 6 bulan yang
lalu, hahhaahah”
“hmmm, meskipun begitu kakak tau siapa
kamu man mungkin kamu rela-rela in ngubah letak perabotan dirumah ini, buktinya
ni ruang tamu susunannya masih sama saja dengan 6 bulan yang lalu, kamu kan
pemalas” Jasmin melirik Alya seraya tersenyum.
“mending kakak cepat-cepat deh tarik tu
kalimat, karena pertunjukkan baru akan dimulai” mereka tetap saja melangkah
menyusuri rumah itu.
“lho Al, ni ruang keluarga perabotannya
kamu kemanain kok cuman ada lemari hias ni doing?”
“hahhaha kursi sama meja terus TV aku
pindahin ke bekas kamar kerjanya Adit, dan pernak-pernik kecil lainnya aku
gusur deh ke bekas kamarnya Rini, hahahhaa, biar ni ruangan jadi plong, biar
jadi ruang kerja kita aja” Alya tersenyum senyum sendiri
“Udah
ah kak, kita kekamar yuk, Alya udah capek mau istirahat dulu,hehehe”
“pergi aja sendiri, kakak mau
lihat-lihat dulu”
“ya jangan gitu dong kak, kakak harus
ngantarin Alya”
“Yah manja lagi deh ni anak” Jasmin
mengosok-gosok kepala Alya, dan Alya hanya tersenyum.
********
“kak bagaimana keadaan Alya kak?” Radika
pacarnya Alya. yang baru sampai di RS dengan panik lansung menuntut jawaban
dari Jasmin.
“kata dokter keadaannya baik-baik saja”
Jasmin menatap Alya “tidak ada tanda-tanda geger otak meski kepalanya terbentur
dan mengeluarkan banyak darah, tapi kakak heran kok ia bisa terjatuh dari
tangga ya, padahal tu tangga baik-baik saja, hmm padahal baru tiga hari kami
bisa tersenyum sama-sama”
“Kak boleh bicara diluar sebentar”
Radika menarik tangan Jasmin. Setibanya diluar “Bagaimana dengan keadaan mata
kakak?”
“Baik, alhamdulilah dokter bilang kornea
matanya sangat cocok dengan mata kakak, kan kamu sendiri juga ada pada waktu
kakak operasi, ngapain kamu tanya hal itu?”
“kakak tahu darimana Asal mata itu?”
“ya tahu lah, Alya kan udah bilang sama
kakak mata ini ia beli pada kelurga yang anak nya meninggal karena mengidap
penyakit kanker otak, lagian kamu ngapain nanya-nanya hal yang beginian sih, emang kamu kenal sama keluarga
pemilik mata ini? Aneh-aneh aja”
“Beli?..
heh apanya yang beli kak” nada Radika sedikit meninggi “Alya mau beli pakai
apa?” Radika membuang pandangannya dari wajah Jasmin.
“Bukankah ia sanggub beli ni mata karena
Novelnya menang perlombaan terus ditambah dengan tabungan hasil cerpen-cerpennya,
dan dari tabungan kakak dari hasil menjual lukisan.” Jasmin terlihat ragu
“Bohong kak, memang novelnya memang menang, tapi hanya
juara tiga dan rewardnya hanya cukup buat biaya operasi doang” Radika menatap
Jasmin
“Jadi ni mata?” mata Jasmin mulai berkaca-kaca.
“Ya… tu mata milik Alya”Radika menangis
“Nggak.. nggak mungkin”
“Apanya yang nggak mungkin kak, Alya
terlalu menyayangi kakak, sampai sampai ia meminta dokter untuk menunda
pembukaan perbannya kakak sampai ia pulih dan berada disisi kakak pada saat
pelepasan perban! Nggak ada yang nggak mungkin kak”
“Alya….” Jasmin berlari masuk keruangan
perawatan Alya “Jadi karena kamu nggak bisa lihat makanya jatuh dari tangga,
makanya kamu berpura manja agar diantarin masuk kamar, makanya kamu pura-pura
sakit supaya nggak keluar-keluar dari kamar dan kakak yang ngatur semuanya”
Jasmin menangis-nangis disamping Alya yang masih belum sadarkan diri. “Al kakak
nggak butuh ni mata” Jasmin mulai memukul-mukul matanya.
“Kak hentikan kak itu mata Alya!” Hardik
Radika. Jasmin terduduk di kursi, dan Radika menghampirinya “Kak, Alya sering
bilang, kakaknya adalah kakak paling baik sedunia, dia bilang dia ingin supaya
kakak bisa ngelukis lagi, agar kakak kembali seperti dulu”
“Tapi Dik, bukan seperti ini” Jasmin
menatap Radika “Iya, Dika juga tahu siapa juga yang suka dengan caranya Alya,
tapi ia bilang ia nggak bisa buat kakak nunggu lebih lama lagi, karena ini
semua salahnya. Alya juga bilang katanya hanya satu kekurang Jasmin yaitu
Jasmin nggak pernah ngasi kado ulang tahun ataupun hadiah Valentine.”
“Itu karena…”
“tapi ia nggak peduli, katanya tiap
tahun dia akan selalu ngasi kado ulang tahun maupun Valentine buat kakaknya,
dan katanya setiap kadonya harus sesuatu yang paling dibutuhkan oleh kakak
makanya operasi kakak dilakukan pada hari Valentine dan yang paling kakak
butuhkan adalah MATA”
*******
Di hari keluarnya Alya dari RS baru saja
mereka memasuki ruang tamu rumah mereka Jasmin mengajak Alya duduk
disampingnya.
“Al… kenapa kamu lakuin ini Al? kenapa
kamu beri mata kamu buat kakak? Kakak nggak mau yang kayak gini Al, Iya kakak
memang kepengen lihat lagi tapi bukan seperti ini caranya, percuma kan Al,
kakak bisa lihat senyummu tapi kamu nggak bisa lihat senyum kakak, kakak mau
kamu ambil mata kamu lagi….”
“Apa kak? Nggak aku nggak mau, kakak
tahu alasannya kenapa, aku capek kak, benar kata kakak aku capek ngurusin
kakak, aku capek ngurusin kakak tiap hari!” Alya bangkit dari tempat duduknya.
Jasmin pun berdiri dan lansung memeluk Alya membelai-belai rambut Alya “Alya..Alya
ternyata emang benar ya apa kata orang, jangan percaya ama yang namanya
pengarang, karena emang benar mereka pintar ngarang, pintar ngebohong” Jasmin
melepaskan pelukannya “apa sekarang kamu tahu kalau kakak lagi senyum?, berarti
sekarang hidup kamu percuma kan?”
“Kak.. Alya..”
“hmmm udah yuk kita kedalam mending kamu
istirahat dulu, kakak mau nyelesain lukisan kakak yang mau kakak ikutin lomba
itu”
*******
Pagi itu Jasmin dan Alya berjalan jalan
ditaman kota, karena sudah lelah berkeliling Jasmin dan Alya duduk di kursi
taman.“Alya,,, kakak cuman mau bilang, semua yang terjadi dengan kakak bukan
salah kamu, iya benar kamu yang minta kakak buat jemput honor kamu di redaksi,
tapi itu juga salah kakak karena kakak keasikan lihat burung-burung Bangau yang
terbang dilangit sehingga kakak ditabrak mobil. Jadi itu bukan salah kamu”
“Tapi kak, coba kalau aku nggak minta
kakak buat ngambil, padahal waktu itu aku juga nggak ada kegiatan, pokoknya ini
salah aku.”
Jasmin menggenggam tangan Alya “bukan.
ini salah kita berdua, dan kamu juga udah ngerasain kan sebulan jadi orang
buta, jadi sekarang kita impas, nggak ada lagi
cerita main salah-salahan”
“Iya kakak benar sekarang kita impas,
kenapa dulu Alya nggak kepikiran kayak gini ya?”
“Kepikiran apa?” Jasmin menatap Alya “Iya
kenapa Alya nggak kepikiran buat ngebagi mata kita satu-satu seperti sekarang
ini” Alya tersenyum “Hahahahaha itu karena Alya terlalu sayang sama kakak”
Jasmin membelai rambut Alya “iih kakak kePDan” kata Alya seraya menghentikan
tangan kakaknya “Siapa juga yang sayang sama kakak, aku aja yang terlalu bodoh
nggak mikir sampai kesitu” Alya membuang pandangannya.
“hahahahah pengarang…pengarang.. ngarang
lagi ngarang lagi” Jasmin tersenyum Alya tersenyum. “pokoknya sekarang, kamu
jadi mata kiri kakak, dan kakak jadi mata kanan kamu satu lagi ini hadiah
Valentine pertama kakak buat kamu, kalung ini berliontinkan sayap burung Bangau
dan satu lagi berliontinkan Bangau tanpa sayap” Jasmin diam “Kamu makai sayapnya
dan kakak yang makai liontin Bangaunya”
“Tanpa sayap bangau ini takkan bisa
terbang dan tanpa tubuh bagaimana mungkin sayap ini akan terbang”
“Kita adalah satu”
***********